APRIL di 2018

April, tak terasa sudah memasuki bulan april. Bulan dimana seharusnya aku merasa bahagia, bulan yang biasa nya kita tunggu berdua. Ya, tentu saja karena di bulan ini adalah bulan kelahiran kita berdua. Kita ? ya mungkin tak pantas lagi untuk disebut kita, karena kini yang ada hanya aku dan kamu. Dua orang yang kini terasa asing, padahal dahulu begitu dekat bahkan lebih dekat dari nadi.

Entah, apa dia juga masih mengingat tanggal penting di akhir bulan yang berkaitan dengan hari spesialku. Kurasa tidak, bahkan untuk komunikasi pun sudah 3 bulan lebih kami tak pernah bertukar pesan, bertanya kabar apalagi bertegur sapa.

Bahkan semua sosial mediaku pun Ia blokir, entah apa alasaannya tapi kurasa itu sebuah tindakan kekanak-kanakan yang tak pantas dilakukan oleh orang yang akan beranjak memasuki kepala dua. Ya, hanya tinggal hitungan beberapa hari saja kita berdua genap berusia 20 tahun.

Memang selama 5 tahun kebelakang kita tak pernah sempat mempunyai waktu yang pas untuk sekedar merayakan hari ulang tahun itu bersama, sebagaimana layaknya sepasang kekasih yang saling memberi surprise berupa kue ultah, dekorasi, dll. Bagi kami, bertukar kado dan mengucapkan via telepon atau videocall itu sudah lebih dari cukup.

Setiap tahun pasti ada saja kesan tersendiri dari kado yang Ia berikan.
Tapi, sunggu kado terindah yaitu masih bersamanya, merangkai mimpi bersama. Tapi, untuk april kali ini, kulalui sendiri. Tak bersamanya lagi. Ataupun kulalui bersama seseorang yang menggantikan posisinya. Tapi tak semudah itu ku membuka hati untuk orang baru.

Mungkin berbeda dengannya yang justru sudah berani mempublikasikan kedekatannya dengan seseorang di akun instagramnya. Ah, aku memang di blokir, tapi nyatanya ada saja sumber yang memberi tahu ku tentang informasi apa saja tentang dia. Itu yang membuatku sulit untuk melupakannya, karena di sekitarku, orang terdekatku, keluarga, sahabatku justru selalu mencoba mengingatkan tentangnya.

April, andai aku ditanya apa harapan terbesar pada hari ulang tahunku, aku tak meminta sesuatu yang muluk, aku hanya ingin berdoa pada Allah agar pada hari itu keadaan kembali seperti semula, dimana antara aku dan dia tak terbatas oleh jarak dan kecanggungan. Tak masalah tiada lagi hubungan spesial yang mengikat tentang perasaan, tapi setidaknya aku hanya ingin tetap bisa menjadi temannya.

Ya, teman yang bisa Dia ajak bercanda, teman yang bisa Dia ajak untuk berbagi cerita dan keluh kesahnya, teman bertukar pengalaman dan teman dalam segala hal yang positif tentunya.

Aku sangat rindu, rindu saat dulu aku yang selalu mendengarkan kekesalannya, mendengarkan ceritanya, aku rndu dimana aku menjadi satu diantara beberapa orang yang bisa menjadi pembangkit semangatnya dikala putus asa. Tapi, aku sadar mungkin harapanku terlalu besar untuk itu. Aku hanya bisa berharap dibantu dengan doa.

Tetapi, aku sudah berencana pada ulang tahunnya nanti, tepatnya 15 hari lagi, aku akan menjadi orang yang pertama memberi dia ucapan doa meski hanya lewat pesan singkat.

Aku tahu, mungkin bukan aku yang Dia tunggu, tapi setidaknya dengan begitu mungkin Dia bisa sadar, bahwa meskipun Dia telah menyakiti hatiku tapi aku tetap menyimpan utuh perasaan ini untuknya, bahkan sedikitpun tak ada yang mampu menggoyahkan tempat Dia di hati ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENGELOLAAN AIR

PASTIKAN atau TINGGALKAN

SABAR