PERPISAHAN
Setiap ada pertemuan pasti kita harus menyiapkan diri pada suatu perpisahan. Karena pada hakikatnya tak ada pertemuan yang abadi. Perpisahan merupakan siklus yang memang dan pasti ada pada kehidupan manusia.
Perpisahan merupakan bagian dari adanya kehidupan.
Kita tak pernah tau kapan perpisahan itu akan terjadi. Kapan kita akan berpisah dengan orang-orang disekitar kita bahkan orang yang sangat berharga dalam hidup kita.
Perihal perpisahan, bisa saja hadirnya begitu tiba-tiba tanpa adanya sepatah kata yang mengiringi perpisahan itu. Oleh karena itu, kita harus siap berpisah. Kita harus siap dengan siapa dan kapan kita akan berpisah.
Perpisahan tak melulu tentang kesedihan, walau memang sebagian besar mengartikan perpisahan adalah sesuatu yang sedih. Tapi, bukanlah banyak alasan mengenai adanya perpisahan? Dan tak semua perpisahan buruk.
Sebenarnya ada 2 macam perpisahan. Yaitu perpisahan yang menyedihkan, namun ada juga perpisahan yang memang harus diterima demi kebaikan dan kebahagiaan.
Perpisahan yang menyedihkan.
Dalam hal ini, perpisahan yang dimaksud tentunya bukan melulu tentang perpisahan dalam suatu hubungan percintaan atau sebut saja (putus). Karena perpisahan (putus) merupakan hal yang biasa dalam cinta. Suatu hal yang wajar. Dan tak perlu larut dalam kesedihan hanya karenanya.
Perpisahan yang dimaksud menyedihkan tentunya yaitu perpisahan yang memisahkan kepada dunia yang berbeda. Perpisahan dalam artian kematian. Adakah yang lebih menyedihkan dari hal itu? Berpisah dalam jarak yang bukan lagi jauh, melainkan memang tak dapat lagi ada kemungkinan untuk bertatap muka, untuk saling menyapa bahkan walau hanya melalui telfon. Tak ada lagi.
Bukankah itu sangat menyedihkan? Ketika dimana raga bukan hanya dipisahkan oleh jarak dan waktu. Ketika hati bila merindu hanya dapat menyapa lewat doa, melihat melalui foto. Tak ada lagi kabar yang bisa kita tanyakan dan ketahui tentangnya, meskipun itu dari orang lain. Sakit bukan?
Lantas, apakah hanya dengan perpisah karena (putus) lalu membuat kita terpuruk? Membuat kita mengalami sedih yang mendalam. Sedangkan kita tau, masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi setelahnya. Masih bisa kita memperhatikan keadaan & rutinitasnya walau dari kejauhan.
Masih ada tempat kita bertanya kabar walau melalui teman-temannya. Jadi, don't be sad, for you. If you have broken of love. Broken of heart. Toh, duniamu dan dunianya masih sama.
Kamu dan Dia masih berada di pijakan yang sama yaitu Bumi. Kamu masih berada dinaungan langit yang sama. Dan kamu juga masih memiliki kesempatan untuk melihat senyumnya, walau mungkin kamu bukan lagi alasan dari mengembangnya senyuman itu. But, I think it's okay.
Nah yang kedua adalah perpisahan yang memang harus diterima demi kebaikan dan kebahagiaan.
Perpisahan ini, mungkin bisa saja terjadi pada kita atau orang diluaran sana yang sudah menikah yang memilih untuk mengakhiri pernikahannya dan menjalani kehidupan masing-masing. Tentu mereka memilih pilihan tersebut pasti bukan tak beralasan. Melainkan mereka telah berpikir secara matang dan berani mengambil tindakan itu.
Walau semua tau, pasti tak ada yang ingin berpisah. Kadang kalanya, kita memang tak bisa untuk mempertahankan suatu hubungan dan mengambil keputusan terbaik untuk berpisah. Tak bisa disalahkan. Karena tentu setiap orang berhak memilih dan mengambil keputusan atas dirinya.
Begitupun dalam cakupan yang bisa dibilang masih (pacaran). Kadang mereka yang menjalaninya harus dengan terpaksa mengambil jalan berpisah, mungkin bukan karena tak ada lagi perasaan antara satu sama lain, melainkan keadaan yang tak memungkinkan untuk mereka meneruskannya.
Tapi tak sedikit juga dari mereka yang telah memutuskan berpisah, memilih untuk kembali. Kembali memulai dan memperbaiki semua dari awal. Tak bisa disalahkan juga.
Mungkin dahulu mereka mengambil keputusan berpisah untuk saling menenangkan diri, introspeksi diri, saling memahami kesalahan dan kekurangan satu sama lain. Sehingga perpisahan itu perlu ada walau hanya dalam sementara waktu.
Tetapi, banyak juga yang memilih untuk benar-benar berpisah tanpa ada keinginan mengulang kisah dengan orang yang sama. Karena kebanyakan dari mereka berkesimpulan bahwa jika kembali menjalani dengan orang yang sama.
Sama hal nya membiarkan hati kita terluka dengan luka yang sama.
Tetapi sebenarnya tak sepenuhnya kalimat itu bisa dibenarkan. Karena bukankan luka dan kesalahan di masa lalu bisa dijadikan pelajaran untuk menjalin hubungan yang jauh lebih baik?
Tapi, semua balik kepada persepsi diri masing-masing yaa. Tentunya kita harus bisa memahami perpisahan bukan hanya dari satu sudut pandang, melainkan harus melihat dari berbagai sudut pandang. Agar kita tak salah mengambil tindakan untuk menyikapi perpisahan itu sendiri.
Dan dari perpisahan, bukan tidak mungkin kita bisa menemukan kebahagiaan yang datang dari orang baru yang masuk dalam kehidupan kita. Jadi, sedih karena perpisahan itu wajar, namun kita harus tetap bangkit menjalani dan memata kembali kehidupan kita dengan baik setelah perpisahan itu.
Perpisahan merupakan bagian dari adanya kehidupan.
Kita tak pernah tau kapan perpisahan itu akan terjadi. Kapan kita akan berpisah dengan orang-orang disekitar kita bahkan orang yang sangat berharga dalam hidup kita.
Perihal perpisahan, bisa saja hadirnya begitu tiba-tiba tanpa adanya sepatah kata yang mengiringi perpisahan itu. Oleh karena itu, kita harus siap berpisah. Kita harus siap dengan siapa dan kapan kita akan berpisah.
Perpisahan tak melulu tentang kesedihan, walau memang sebagian besar mengartikan perpisahan adalah sesuatu yang sedih. Tapi, bukanlah banyak alasan mengenai adanya perpisahan? Dan tak semua perpisahan buruk.
Sebenarnya ada 2 macam perpisahan. Yaitu perpisahan yang menyedihkan, namun ada juga perpisahan yang memang harus diterima demi kebaikan dan kebahagiaan.
Perpisahan yang menyedihkan.
Dalam hal ini, perpisahan yang dimaksud tentunya bukan melulu tentang perpisahan dalam suatu hubungan percintaan atau sebut saja (putus). Karena perpisahan (putus) merupakan hal yang biasa dalam cinta. Suatu hal yang wajar. Dan tak perlu larut dalam kesedihan hanya karenanya.
Perpisahan yang dimaksud menyedihkan tentunya yaitu perpisahan yang memisahkan kepada dunia yang berbeda. Perpisahan dalam artian kematian. Adakah yang lebih menyedihkan dari hal itu? Berpisah dalam jarak yang bukan lagi jauh, melainkan memang tak dapat lagi ada kemungkinan untuk bertatap muka, untuk saling menyapa bahkan walau hanya melalui telfon. Tak ada lagi.
Bukankah itu sangat menyedihkan? Ketika dimana raga bukan hanya dipisahkan oleh jarak dan waktu. Ketika hati bila merindu hanya dapat menyapa lewat doa, melihat melalui foto. Tak ada lagi kabar yang bisa kita tanyakan dan ketahui tentangnya, meskipun itu dari orang lain. Sakit bukan?
Lantas, apakah hanya dengan perpisah karena (putus) lalu membuat kita terpuruk? Membuat kita mengalami sedih yang mendalam. Sedangkan kita tau, masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi setelahnya. Masih bisa kita memperhatikan keadaan & rutinitasnya walau dari kejauhan.
Masih ada tempat kita bertanya kabar walau melalui teman-temannya. Jadi, don't be sad, for you. If you have broken of love. Broken of heart. Toh, duniamu dan dunianya masih sama.
Kamu dan Dia masih berada di pijakan yang sama yaitu Bumi. Kamu masih berada dinaungan langit yang sama. Dan kamu juga masih memiliki kesempatan untuk melihat senyumnya, walau mungkin kamu bukan lagi alasan dari mengembangnya senyuman itu. But, I think it's okay.
Nah yang kedua adalah perpisahan yang memang harus diterima demi kebaikan dan kebahagiaan.
Perpisahan ini, mungkin bisa saja terjadi pada kita atau orang diluaran sana yang sudah menikah yang memilih untuk mengakhiri pernikahannya dan menjalani kehidupan masing-masing. Tentu mereka memilih pilihan tersebut pasti bukan tak beralasan. Melainkan mereka telah berpikir secara matang dan berani mengambil tindakan itu.
Walau semua tau, pasti tak ada yang ingin berpisah. Kadang kalanya, kita memang tak bisa untuk mempertahankan suatu hubungan dan mengambil keputusan terbaik untuk berpisah. Tak bisa disalahkan. Karena tentu setiap orang berhak memilih dan mengambil keputusan atas dirinya.
Begitupun dalam cakupan yang bisa dibilang masih (pacaran). Kadang mereka yang menjalaninya harus dengan terpaksa mengambil jalan berpisah, mungkin bukan karena tak ada lagi perasaan antara satu sama lain, melainkan keadaan yang tak memungkinkan untuk mereka meneruskannya.
Tapi tak sedikit juga dari mereka yang telah memutuskan berpisah, memilih untuk kembali. Kembali memulai dan memperbaiki semua dari awal. Tak bisa disalahkan juga.
Mungkin dahulu mereka mengambil keputusan berpisah untuk saling menenangkan diri, introspeksi diri, saling memahami kesalahan dan kekurangan satu sama lain. Sehingga perpisahan itu perlu ada walau hanya dalam sementara waktu.
Tetapi, banyak juga yang memilih untuk benar-benar berpisah tanpa ada keinginan mengulang kisah dengan orang yang sama. Karena kebanyakan dari mereka berkesimpulan bahwa jika kembali menjalani dengan orang yang sama.
Sama hal nya membiarkan hati kita terluka dengan luka yang sama.
Tetapi sebenarnya tak sepenuhnya kalimat itu bisa dibenarkan. Karena bukankan luka dan kesalahan di masa lalu bisa dijadikan pelajaran untuk menjalin hubungan yang jauh lebih baik?
Tapi, semua balik kepada persepsi diri masing-masing yaa. Tentunya kita harus bisa memahami perpisahan bukan hanya dari satu sudut pandang, melainkan harus melihat dari berbagai sudut pandang. Agar kita tak salah mengambil tindakan untuk menyikapi perpisahan itu sendiri.
Dan dari perpisahan, bukan tidak mungkin kita bisa menemukan kebahagiaan yang datang dari orang baru yang masuk dalam kehidupan kita. Jadi, sedih karena perpisahan itu wajar, namun kita harus tetap bangkit menjalani dan memata kembali kehidupan kita dengan baik setelah perpisahan itu.
Komentar
Posting Komentar